Selasa, 18 September 2012

TAKDIR ADA DI UJUNG USAHA


 
TAKDIR ADA DI UJUNG USAHA
Rizka Dwi Seftiani, S.Pd.I

            Sesekali, coba kita tanyakan pada diri kita, apakah tujuan hidup kita? Apakah kita sedang berjalan mendekatinya atau sebaliknya. Setiap manusia berpotensi untuk maju dan menggapai tujuan hidupnya.                                                                            Manusia dibagi menjadi 3, pertama adalah orang yang sangat percaya diri pada tujuan hidupnya, ia selalu melangkah tegap dengan segala keoptimisan, kedua adalah kebalikan dari yang pertama, ia pesimis dan merasa semua mimpinya hanyalah khayalan yang tidak mungkin untuk dicapai. Sedangkan yang ketiga adalah ia yang selalu ragu dengan kemampuannya, ia tidak maju dan tidak mundur, orang jenis ketiga sebenarnya yakin kalau dia mampu, sayangnya ia tak pernah berani untuk memulai karena selalu dihantui oleh kegagalan, sehingga takut untuk mencoba.
            Pertanyaannya: Dimanakah posisi kita di antara tiga orang di atas? jika kita harus memilih, maka dengan segera kita akan memilih orang pertama. Ini wajar, karena untuk sukses kita perlu keberanian untuk maju, kemudian melakukan banyak hal untuk mencapai tujuan kita. Sungguh, beruntung sekali orang-orang yang selalu percaya diri akan potensinya dan memanfaatkan kemampuannya secara optimal sehingga jarak antara dia dan tujuannya semakin mendekat.
            Menjadi orang yang optimis tidaklah mudah untuk dilakukan, namun juga tidak terlalu sulit. Ini hanyalah faktor kebiasaan dalam berpikir, ketika manusia selalu berpikir tentang sesuatu yang positif dan optimis, maka kebiasaannya akan menjadi sebuah karakter kuat dan secara otomatis akan optimis dalam menjalani hidup.
            Lalu, bagaimana jika kita terikat pada takdir? Misalnya, kita tidak mungkin berhasil karena sudah ditakdirkan untuk gagal. Takdir adalah satu hal yang wajib kita percayai, karena sebagai seorang yang beriman kita mempunyai rukun iman yang keenam yaitu percaya pada ketentuan Allah SWT dalam bentuk yang menyenangkan ataupun yang menyedihkan.
            Tapi, sikap pasrah pada takdir tanpa usaha adalah sebuah kebodohan. Kita harus percaya akan kekuatan usaha, karena seseorang akan mendapatkan segala sesuatu yang diusahakannya (At-Tur [52]: 21). Hasil akhir adalah akumulasi dari proses dan usaha yang telah dilalui. Kita tidak akan pernah mencapai tujuan kita jika kita tidak pernah mulai melangkah. Kita tak akan pernah memahami cara berenang, jika kita selalu takut akan tenggelam di kolam renang. Semua keberhasilan mengandung resiko. Orang yang berhasil adalah yang berani melawan ketakutannya dan berani menanggung resiko perbuatannya. Karena, sesungguhnya, sebanyak apa yang kita tanam, sebanyak itulah kita menuai. Dalam arti lain, sebesar resiko yang kita ambil, sebersar itulah keuksesan kita, semakin besar sebuah resiko, semakin besar pula keberhasilan yang didapatkan.
            Maka, sekaranglah saatnya melangkah, selama masih ada kesempatan, kerahkan semua usaha untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan atau impian. Kita harus selalu membedakan, antara menerima takdir dan pasrah pada takdir, karena keduanya memiliki makna yang berbeda, percaya pada takdir mengisyaratkan seseorang yang telah giat berusaha, sedangkan yang kedua lebih pada kepasrahan pada takdir dan tidak bernah berusaha.
            Oleh karena itu, teruslah berusaha, karena takdir ada di ujung usaha.
           
              

Tidak ada komentar: