TAKDIR ADA
DI UJUNG USAHA
Rizka Dwi Seftiani, S.Pd.I
Sesekali, coba kita
tanyakan pada diri kita, apakah tujuan hidup kita? Apakah kita sedang berjalan
mendekatinya atau sebaliknya. Setiap manusia berpotensi untuk maju dan
menggapai tujuan hidupnya. Manusia dibagi menjadi 3, pertama adalah
orang yang sangat percaya diri pada tujuan hidupnya, ia selalu melangkah tegap
dengan segala keoptimisan, kedua adalah kebalikan dari yang pertama, ia pesimis
dan merasa semua mimpinya hanyalah khayalan yang tidak mungkin untuk dicapai.
Sedangkan yang ketiga adalah ia yang selalu ragu dengan kemampuannya, ia tidak
maju dan tidak mundur, orang jenis ketiga sebenarnya yakin kalau dia mampu,
sayangnya ia tak pernah berani untuk memulai karena selalu dihantui oleh
kegagalan, sehingga takut untuk mencoba.
Pertanyaannya:
Dimanakah posisi kita di antara tiga orang di atas? jika kita harus memilih,
maka dengan segera kita akan memilih orang pertama. Ini wajar, karena untuk
sukses kita perlu keberanian untuk maju, kemudian melakukan banyak hal untuk
mencapai tujuan kita. Sungguh, beruntung sekali orang-orang yang selalu percaya
diri akan potensinya dan memanfaatkan kemampuannya secara optimal sehingga
jarak antara dia dan tujuannya semakin mendekat.
Menjadi orang yang
optimis tidaklah mudah untuk dilakukan, namun juga tidak terlalu sulit. Ini
hanyalah faktor kebiasaan dalam berpikir, ketika manusia selalu berpikir
tentang sesuatu yang positif dan optimis, maka kebiasaannya akan menjadi sebuah
karakter kuat dan secara otomatis akan optimis dalam menjalani hidup.
Lalu, bagaimana
jika kita terikat pada takdir? Misalnya, kita tidak mungkin berhasil karena
sudah ditakdirkan untuk gagal. Takdir adalah satu hal yang wajib kita percayai,
karena sebagai seorang yang beriman kita mempunyai rukun iman yang keenam yaitu
percaya pada ketentuan Allah SWT dalam bentuk yang menyenangkan ataupun yang
menyedihkan.
Tapi, sikap pasrah
pada takdir tanpa usaha adalah sebuah kebodohan. Kita harus percaya akan
kekuatan usaha, karena seseorang akan mendapatkan segala sesuatu yang
diusahakannya (At-Tur [52]: 21). Hasil akhir adalah akumulasi dari proses dan
usaha yang telah dilalui. Kita tidak akan pernah mencapai tujuan kita jika kita
tidak pernah mulai melangkah. Kita tak akan pernah memahami cara berenang, jika
kita selalu takut akan tenggelam di kolam renang. Semua keberhasilan mengandung
resiko. Orang yang berhasil adalah yang berani melawan ketakutannya dan berani
menanggung resiko perbuatannya. Karena, sesungguhnya, sebanyak apa yang kita
tanam, sebanyak itulah kita menuai. Dalam arti lain, sebesar resiko yang
kita ambil, sebersar itulah keuksesan kita, semakin besar sebuah resiko,
semakin besar pula keberhasilan yang didapatkan.
Maka, sekaranglah
saatnya melangkah, selama masih ada kesempatan, kerahkan semua usaha untuk
mendapatkan apa yang menjadi tujuan atau impian. Kita harus selalu membedakan,
antara menerima takdir dan pasrah pada takdir, karena keduanya memiliki makna
yang berbeda, percaya pada takdir mengisyaratkan seseorang yang telah giat berusaha,
sedangkan yang kedua lebih pada kepasrahan pada takdir dan tidak bernah
berusaha.
Oleh karena itu,
teruslah berusaha, karena takdir ada di ujung usaha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar