Kamis, 14 November 2013

KUNCI PENGOKOH JIWA DAN PENENANG BATIN

KUNCI PENGOKOH JIWA DAN PENENANG BATIN
 

1. Aku harus siap menghadapi hidup ini, apapun yang terjadi

Ø  Hidup di dunia ini hanya sekali, aku tidak boleh gagal dan sia-sia tanpa guna
Ø  Tugasku adalah menyempurnakan niat dan ikhtiar, perkara apapun yang terjadi kuserahkan kepada Allah Yang Maha Tahu yang terbaik bagiku
Ø  Aku harus selalu sadar sepenuhnya bahwa yang terbaik bagiku menurutku, belum tentu yang terbaik menurut Allah SWT. Bahkan sangat mungkin aku terkecoh oleh keinginan dan harapanku sendiri
Ø  Pengetahuan tentang diriku ataupun tentang apapun sangat terbatas, sedangkan pengetahuan Allah menyelimuti segalanya. Dia tahu awal, akhir, dan segala-galanya.
Ø  Sekali lagi, betapapun aku sangat menginginkan sesuatu, tetapi hatiku harus kupersiapkan untuk menghadapi kenyataan yang tak sesuai dengan harapanku. Karena mungkin itulah yang terbaik bagiku.

2. Aku harus rela dengan kenyataan yang terjadi

Ø  Bila sesuatu terjadi, ya....inilah kenyataan dan episode hidup yang harus kujalani
Ø  Aku harus menikmatinya, dan tak boleh larut dalam kekecewaan berlama-lama, kecewa, dongkol, sakit hati tak akan merubah apapun selain menyengsarakan diriku sendiri. Dongkol begini, tak dongkol juga tetap begini.
Ø  Hatiku harus realistis menerima kenyataan yang ada, namun tubuh serta pikiranku harus tetap bekerja keras mengatasi dan menyelesaikan masalah ini. Bila nasi telah menjadi bubur, maka aku harus mencari ayam, kacang polong, kecap, sledri, bawang goreng dan sambal agar bubur ayam spesial dapat kunikmati.

3. Aku tidak boleh mempersulit diri

Ø  Aku harus yakin bahwa hidup ini bagaikan siang dan malam, pasti silih berganti, pasti setiap kesenangan ada ujungnya begitupun masalah yang menimpaku pasti ada akhirnya, aku harus sangat sabar menghadapinya
Ø  Akupun harus yakin, bahwa Allah memberi cobaan pasti sudah diukur dengan sangat cermat oleh-Nya karena Dia tak pernah mendzolimi hamba-hamba-Nya
Ø  Aku tidak boleh mengdzolimi diri sendiri dengan pikiran buruk yang menyengsarakan diriku sendiri, pikiranku harus tetap jernih, terkendali, tenang dan proposionil, aku tidak boleh terjebak mendramatisir masalah
Ø  Aku harus berani menghadapi persoalan demi persoalan, tak boleh lari dari kenyataan, karena lari sama sekali tak menyelesaikan masalah bahkan akan menambah masalah. Semua harus dihadapi dengan tegar dan baik, aku tak boleh menyerah, aku tak boleh kalah.
Ø  Pasti segala sesuatu ada akhirnya, begitupun persoalan yang kuhadapi, seberat apapun, seperti yang dijanjikan Allah “Fainna Ma’al Usri Yusron”  sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Janji yang tak pernah mungkin diingkari oleh Allah.

4. Evaluasi diri

Ø  Segala yang terjadi adalah dengan izin Allah, tak mungkin Dia berbuat yang sia-sia
Ø  Pasti ada hikmah di balik setiap di balik setiap kejadian. Sepahit apapun pasti ada hikmah dan kebaikan yang terkandung di dalamnya.
Ø  Harus kurenungkan mengapa Allah menakdirkan semua ini menimpaku, bisa jadi ini peringatan atas dosa-dosaku.
Ø  Setiap kejadian adalah cermin pribadiku, aku tak boleh gentar dengan kesalahan dan kekurangan yang terjadi, dan aku bertekad sekuat tenaga untuk memperbaikinya, Allah Maha Pengampun dan Maha Penerima taubat

5. Allahlah satu-satunya Penolongku

Ø  Aku harus yakin kalaupun aku berusaha sekeras apapun, tak mungkin berhasil tanpa izin-Nya
Ø  Hatiku harus bulat total dan yakin-seyakin-yakinnya bahwa hanya Allahlah satu-satunya Penolong dan Pemberi jalan keluar yang terbaik dalam setiap urusan
Ø  Tidak ada yang mustahil bagi-Nya, karena segala-galanya adalah milik-Nya dan sepenuhnya dalam kekuasaan-Nya.
Ø  Tidak ada yang bisa menghalangi keinginan-Nya untuk menolong hamba-Nya
Ø  Oleh karena itu, aku harus benar-benar berjuang, berikhtiar untuk mendekati-Nya dengan mengamalkan apapun yang disukai-Nya
Ø  Ingatlah selalu janji-Nya, barangsiapa yang bertakwa kepada-Ku niscahya kuberi jalan keluar dari setiap urusannya dan Ku-beri rizki dan pertolongan dari tempat yang tak terduga dan barang siapa yang bertawakkal kepada –Ku niscahya akan kucukupi segala kebutuhannya.” (At-Thalaq: 2-3)



OJO KURANG SYUKUR!



OJO KURANG SYUKUR!
 

            Disadari atau tidak, banyak sekali hal-hal yang dibenci, tapi sebenarnya itu merupakan kebaikan. Sayangnya, manusia seringkali terlambat menyadari hikmahnya.
            Ketika seorang pelajar mendapati nilainya dalam ujian tidak sebaik yang diharapkan, ia sangat marah. Padahal, setelah disadari, itu adalah kesempatan terbaik untuk intropeksi dan belajar lebih giat lagi, maka ia akan bersyukur.
            Demikian halnya dengan mereka yang hidup miskin, banyak sekali orang-orang yang miskin kemudian menyalahkan takdir, padahal keluarganya masih lengkap dan bahagia, ketika ia menemukan orang kaya yang hidupnya menderita, maka ia akan bersyukur dilahirkan sebagai orang miskin.
Seorang ibu kadang merasa sangat jengkel karena si kecil yang sangat nakal, susah diatur dan suka berlarian ketika disuruh mandi atau tidur siang, tapi setelah ia bertemu dengan ibu yang lain dengan anak yang mengidap polio digendongannya, maka ia akan bersyukur punya anak nakal.
Karena itu, tidak salah ketika ada orang bijak yang menyarakan agar kita selalu melihat orang yang lebih menderita dari kita agar kita lebih bersyukur. Selain itu, kita juga dianjurkan untuk sesekali mengunjungi rumah sakit, kita akan menemukan orang-orang yang lebih sengsara dari kita di sana, kita akan lupa pada sakit mata yang kita derita, karena kita bertemu dengan orang buta, kita akan merasa lebih beruntung punya kulit hitam, setelah kita bertemu dengan orang yang terkena kanker kulit.
Ada lagi tempat yang hendaknya kita kunjungi, yaitu penjara. Karena di dalamnya kita akan bertemu dengan orang-orang yang dikucilkan dari masyarakat dan terkungkung dalam jeruji, kita akan lebih bersyukur, walaupun kita tak berpangkat, setidaknya kita masih punya nama baik di masyarakat dan bisa bebas berjalan-jalan tanpa harus takut dikejar polisi.
Saat kita dirundung duka dan merasa seolah-olah kesialan dan kesedihan selalu menyertai kita, kemudian menyebabkan kita bosan hidup dan lebih memilih untuk mengakhiri hidup (bunuh diri), bolehlah kita melihat kuburan terlebih dahulu, di sana kita bisa membayangkan, betapa menyakitkannya mereka yang mendapatkan siksa kubur, maka kita akan lebih mensyukuri nikmatnya hidup, karena kita masih diberi kesempatan oleh Allah untuk bertobat. Maka, keinginan untuk bunuh diri akan lenyap dan digantikan dengan istighfar karena sempat terbersit pikiran bodoh.
Begitu banyak nikmat Allah yang bertebaran di muka bumi ini, tapi tidak banyak yang pandai bersyukur, padahal Allah selalu menguji hamba-Nya dengan kebaikan dan keburukan agar ia lebih pandai untuk bersyukur. (Al-Anbiya’(25): 35)
Perlu diingat juga, barang siapa yang senantiasa mensyukuri nikmat Allah, maka Allah akan menambah kenikmatannya dengan kenikmatan yang berlipat ganda. “Sesungguhnya, jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesunggunya azab-Ku sangat pedih (QS Ibrahim (14): 7). Maka, hendaknya kita saling menasehati pada saudara kita: Ojo (jangan) kurang syukur!






HATI-HATI DENGAN SANG WAKTU



HATI-HATI DENGAN SANG WAKTU


            Setiap manusia yang menatap di planet bumi memiliki jatah waktu yang sama, semuanya mendapat jatah 24 jam sehari, tidak lebih dan tidak kurang. Tapi, yang membedakan adalah bagaimana mereka menggunakan waktu itu, sebagian manusia pandai mengatur waktunya sehingga setiap detik memiliki makna, namun sebagian yang lain sering lalai dengan waktu mereka.
            Allah Yang Maha Adil telah mengingatkan hamba-Nya untuk berhati-hati dalam menggunakan waktu mereka. Manusia sering merugi dalam hari-harinya, kecuali mereka yang beriman, mengerjakan amal saleh dan nasehat-menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya bersabar. (Al-‘Asr (103): 2-3)
            Sungguh beruntung orang yang hari ini lebih baik dari hari kemarin. Karena itu tandanya ia bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Tidak berlebihan jika ada kata bijak yang menyebutkan bahwa waktu ibarat pedang dan pedang ini sangat tergantung pada pemakainya, jika pemakainya adalah ahli dalam menggunakan pedang, maka pedang itu akan menjadi sangat bermanfaat bagi penggunanya. Sebaliknya, jika pedang itu berada di tangan yang salah, bisa-bisa ia melukai tangan pemilik pedang itu sendiri.
            Orang yang menganggur adalah orang yang sangat boros, karena ia telah membuang-buang waktunya. Ketika seseorang mempunyai kesehatan dan kemampuan, tapi ia lebih memilih untuk tidak melakukan apapun dan terlena dengan lamunan dan impian tanpa usaha untuk mewujudkannya, maka ia adalah orang yang sangat merugi.
            Nampaknya, perlu juga disebutkan di sini tentang sebuah nasehat: “Manfaatkanlah lima perkara sebelum datang lima perkara yang lainnya. Yaitu: Masa mudamu sebelum datang waktu tuamu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, waktu luangmu sebelum datang waktu sempitmu, waktu kayamu sebelum datang waktu miskinmu, hidupmu sebelum datang matimu.”
            Sungguh, waktu lebih berharga dari uang dan emas, karena uang yang habis bisa dicari lagi, namun waktu yang telah pergi tak akan bisa kembali lagi. Maka, sebagai manusia yang beriman, haruslah pandai-pandai menggunakan waktu, karena ini adalah bukti kesyukuran kita pada Allah yang telah memberikan waktu pada kita.
            Orang yang sukses adalah mereka yang pandai memanfaatkan waktu, ia selalu memiliki kesibukan untuk dilakukan, ia memiliki jadwal kerja dan kedisiplinan untuk meningkatkan diri. Ia juga tahu prioritas, dengan waktu yang ada, dia bisa memilah-milih, mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu dan mana yang bisa dikerjakan nanti. Ia sangat sadar untuk tidak mengakhirkan pekerjaan selama ia masih mampu melakukannya.
            Orang yang gagal dalam hidupnya adalah ia yang selalu menumpuk pekerjaannya, ia selalu berpikir: mana yang enak, bukan mana yang baik. Orang jenis ini,seringkali bersenang-senang dahulu, bersakit-sakit kemudian. Ia tidak memanfaatkan yang lima sebelum datang yang lima. Maka, hendaklah kita selalu berhati-hati dengan waktu, jangan sampai kita menyesal di hari kemudian.


HATI-HATI DENGAN SANG WAKTU



HATI-HATI DENGAN SANG WAKTU


            Setiap manusia yang menatap di planet bumi memiliki jatah waktu yang sama, semuanya mendapat jatah 24 jam sehari, tidak lebih dan tidak kurang. Tapi, yang membedakan adalah bagaimana mereka menggunakan waktu itu, sebagian manusia pandai mengatur waktunya sehingga setiap detik memiliki makna, namun sebagian yang lain sering lalai dengan waktu mereka.
            Allah Yang Maha Adil telah mengingatkan hamba-Nya untuk berhati-hati dalam menggunakan waktu mereka. Manusia sering merugi dalam hari-harinya, kecuali mereka yang beriman, mengerjakan amal saleh dan nasehat-menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya bersabar. (Al-‘Asr (103): 2-3)
            Sungguh beruntung orang yang hari ini lebih baik dari hari kemarin. Karena itu tandanya ia bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Tidak berlebihan jika ada kata bijak yang menyebutkan bahwa waktu ibarat pedang dan pedang ini sangat tergantung pada pemakainya, jika pemakainya adalah ahli dalam menggunakan pedang, maka pedang itu akan menjadi sangat bermanfaat bagi penggunanya. Sebaliknya, jika pedang itu berada di tangan yang salah, bisa-bisa ia melukai tangan pemilik pedang itu sendiri.
            Orang yang menganggur adalah orang yang sangat boros, karena ia telah membuang-buang waktunya. Ketika seseorang mempunyai kesehatan dan kemampuan, tapi ia lebih memilih untuk tidak melakukan apapun dan terlena dengan lamunan dan impian tanpa usaha untuk mewujudkannya, maka ia adalah orang yang sangat merugi.
            Nampaknya, perlu juga disebutkan di sini tentang sebuah nasehat: “Manfaatkanlah lima perkara sebelum datang lima perkara yang lainnya. Yaitu: Masa mudamu sebelum datang waktu tuamu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, waktu luangmu sebelum datang waktu sempitmu, waktu kayamu sebelum datang waktu miskinmu, hidupmu sebelum datang matimu.”
            Sungguh, waktu lebih berharga dari uang dan emas, karena uang yang habis bisa dicari lagi, namun waktu yang telah pergi tak akan bisa kembali lagi. Maka, sebagai manusia yang beriman, haruslah pandai-pandai menggunakan waktu, karena ini adalah bukti kesyukuran kita pada Allah yang telah memberikan waktu pada kita.
            Orang yang sukses adalah mereka yang pandai memanfaatkan waktu, ia selalu memiliki kesibukan untuk dilakukan, ia memiliki jadwal kerja dan kedisiplinan untuk meningkatkan diri. Ia juga tahu prioritas, dengan waktu yang ada, dia bisa memilah-milih, mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu dan mana yang bisa dikerjakan nanti. Ia sangat sadar untuk tidak mengakhirkan pekerjaan selama ia masih mampu melakukannya.
            Orang yang gagal dalam hidupnya adalah ia yang selalu menumpuk pekerjaannya, ia selalu berpikir: mana yang enak, bukan mana yang baik. Orang jenis ini,seringkali bersenang-senang dahulu, bersakit-sakit kemudian. Ia tidak memanfaatkan yang lima sebelum datang yang lima. Maka, hendaklah kita selalu berhati-hati dengan waktu, jangan sampai kita menyesal di hari kemudian.