Kamis, 14 November 2013

PAMRIH



PAMRIH
 
 
            Dalam surat Al-Muzammil ayat 20, Allah SWT menyinggung soal kebaikan apa saja yang manusia perbuat untuk diri mereka, maka akan memperoleh (balasan) nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya.
            Lihatlah kata kebaikan di sini, ini menunjukan bahwa segala kebaikan yang dilakukan untuk orang lain, sebenarnya adalah kebaikan untuk diri sendiri. Ketika seseroang memberikan senyuman kepada saudaranya, maka keduanya akan merasakan kebahagiaan. Ketika seseorang memberikan beberapa koin uang untuk peminta-minta, sebenarnya ia sedang memberi untuk diri mereka sendiri.
            Ada nasehat bijak yang menyatakan bahwa Allah SWT akan menahan rezeki manusia, ketika mereka juga menahan harta mereka untuk diberikan kepada orang lain. Demikian sebaliknya, rezeki akan mudah didapat ketika mereka mudah memberi. Memberi di sini bukanlah sekedar pemberian, namun pemberian di sini harus disertai dengan ikhlas.
            Sayangnya, keikhlasan di sini sangat sulit untuk diukur, ketika seseorang merasa bahwa dirinya telah memberi dengan ikhlas, sebenarnya keikhlasan mereka  masih membutuhkan keikhlasan lagi. Selain itu, ikhlas sendiri merupakan inti dari segala perbuatan, ikhlas merupakan ruh dari perbuatan. Tanpanya, segala sesuatu yang dilakukan hanya akan menuai kesia-siaan.
            Praktek pemberian yang diberikan tanpa rasa ikhlas sudah umum terjadi di tengah-tengah masyarakat, sebut saja beberapa diantaranya. Mereka adalah orang-orang yang suka menyumbang-nyumbang untuk mencari ketenaran, agar dia disebut sebagai orang baik. Ada juga beberapa orang yang mengaku ahli ibadah, tapi sebenarnya hanya untuk disebut sebagai orang yang alim. Lebih parah lagi adalah orang yang memberi untuk menyuap orang yang diberi.
            Padahal, jika saja mereka sadar bahwa Allah akan membalas segala kebaikannya dengan balasan yang paling baik dan pahala yang besar. Allah tak akan pernah mengingkari janji-Nya.
            Oleh karena itu, sekaranglah saatnya kita lakukan terapi hati, untuk mengoreksi sisa-sisa pamrih di dalam hati, agar niat untuk berbuat baik tidak diganggu oleh sebuah kesyirikan yang kecil sekalipun, yaitu riya’. Agar pemberian-pemberian yang diberikan tidak hanya berbuah kesia-siaan.

Tidak ada komentar: