RAMUAN OBAT BAGI JIWA GURU
Guru merupakan profesi
yang sangat mulia, ia memiliki posisi yang sangat strategis dalam hal
belajar-mengajar. Seorang guru memiliki keuntungan ganda, ia bisa menambahkan
ilmu yang dimilikinya dengan memberikan ilmu itu, karena ilmu yang mengalir
seperti air tidak akan pernah mampet (jw) dan keruh. Selain itu, ia juga
bisa mengingat kembali pelajaran lalu yang mungkin sudah dilupakannya, guru
juga mendapatkan pahala jika ilmu yang
diberikannya membawa manfaat. Maka, siapapun ia, biarpun dia seorang guru atau
bukan guru, ketika dia senang membagikan pengetahuan yang dimilikinya, ia akan
menjadi orang-orang yang sangat beruntung.
Melihat peran guru yang
sedemikian rupa, tidak salah jika guru selalu dituntut untuk tampil sempurna di
depan anak-didiknya, tanpa menolak pepatah: tak ada seorang pun yang sempurna
di dunia ini. Kekurangan memang selalu ada dan itu sangat manusiawi. Tapi,
sebagai manusia, tidaklah pantas jika ia terjebak dalam kesalahan yang
berulang-ulang. Seyogyanya, manusia selalu mencoba untuk memberbaiki dirinya,
menutupi kekurangan dan aibnya.
Setiap orang harus
menyukai profesinya, hal itu mutlak diperlukan, karena seseorang akan terkena
stress jika dia bekerja di tempat yang tidak disukainya, lebih parah lagi, ia
akan merasa tertekan dan berujung pada suasana yang tidak betah. Demikian pula
dengan guru, guru seharusnya menyukai kegiatan belajar-mengajar, ia harus
menjadikan kelasnya serasa surga, agar ia rindu untuk bertemu anak-didiknya. Sayangnya, ada sebuah fenomena unik namun
miris di tengah-tengah pendidikan kita, di mana guru mengajar tanpa ruh dan
hanya bergerak seperti robot yang mengikuti arah kurikulum menuju, ia mengajar
tanpa menyertakan hatinya dan hanya menganggap anak didiknya sebagai obyek yang
hanya diberi.
Melihat kejadian ini,
perlu sekali bagi setiap pengamat pendidikan untuk memikirkan solusi agar tidak
ada lagi guru-guru yang tertekan oleh suasana kelas dan tidak menganggap kelas
itu sendiri sebagai neraka. Adapun indikasi dari guru yang tertekan adalah
sebagai berikut: Guru itu merasa tidak suka dengan pelajaran yang diajarnya dan
merasa bosan terhadap suasana kelas, juga anak-anak, keinginannya untuk ikut
serta dalam kegiatan sekolah menurun, ditambah lagi ia tidak optimal dalam
mempersiapkan materi pelajaran yang akan diajarkan, maupun di saat menyampaikan
materi pelajaran, sehingga ia kurang dihargai.
Selain beberapa indikasi
di atas, tanda lain yang derajat stadiumnya lebih parah adalah guru yang selalu
terlambat datang ke kelas, tidak mengoreksi tugas-tugas rumah para murid, suka
mencela anak didik dan menuduh mereka malas serta tidak paham, padahal bisa
jadi kesalahan terletak pada gurunya. Sehingga pada akhirnya, guru itu sering
mengeluh atas tata tertib sekolah dan pendidikan secara umum, keluhan yang tidak
mendatangkan solusi sama sekali. Sebaliknya, keluhannya semakin membuatnya
terlihat nelangsa dan minta dikasihani.
Selanjutnya, guru itu akan
merasa usahanya dalam hal pengajaran dan pendidikan hanyalah pekerjaan yang sia-sia,
tidak dibutuhkan lagi, kurang dihormati, tidak mencapai tujuan yang diinginkan.
Ia jadi semakin sering menyalahkan keadaan dan merasa ada dan tidaknya dia sama
saja.
Di sini, penulis mencoba
membagikan beberapa obat ramuan untuk para guru yang mungkin belum tahu bahwa
dirinya sakit dan perlu segera diobati. Beberapa ramuan yang ditawarkan adalah
dengan meningkatkan ruh maknawi para guru, ini adalah satu hal yang paling
urgensi dalam hal pendidikan, hendaknya setiap guru selalu ingat, jika ikhlas
mengajar akan mendapat pahala yang setimpal. Sebaliknya, jika ia mengajar
asal-asalan, maka yang dia dapatkan hanya rasa lelah. Seharusnya, guru diingatkan
pada kaedah dasar dalam mengajar, yaitu kesabaran. Guru harus sering mencari
dukungan dari rekannya karena ini merupakan kebutuhan psikologisnya. Ia harus
banyak berlatih untuk meningkatkan ketrampilan, jika ketrampilan mengajarnya
berkembang, ia akan semakin dihargai. Para guru juga harus ingat bahwa tugas
inilah sumber pendapatannya. Karena itu, harus didapatkan dengan cara halal. Mengajar
juga merupakan interaksi dengan Allah, orientasi ibadah, bukannya interaksi
dengan manusia saja.
Dikarenakan penulis
sendiri kini juga tengah mengajar di salah satu pesantren di Jawa Timur, Gontor
Putri 1. Beberapa dari obat yang telah disebutkan di atas sudah pernah
dipraktekkannya. Alhamdulillah, cukup ampuh dan mujarab, tidak percaya?
Silahkan coba dan buktikan sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar