Kamis, 14 November 2013

ERA KEBANGKITAN ENTREPRENEUR MUDA



ERA KEBANGKITAN ENTREPRENEUR MUDA
Oleh: Rizka Dwi Seftiani

 
Pendidikan di era tahun 70-an tidak seperti sekarang, dulu pemuda dengan ijazah SMA sudah langka dan bisa digunakan untuk melamar pekerjaan, tak perlu ijazah dengan titel-titel yang menjulang, lapangan pekerjaan masih terbuka lebar.
Kini, pemuda yang tidak kuliah akan sulit mencari lowongan kerja, karena setiap perusahaan atau lembaga, baik itu resmi milik negara atau lembaga swasta, selalu menghendaki tenaga kerja yang sudah mengecap bangku kuliah. Maka, mereka yang belum sempat mengenyam bangku kuliah hanya bisa menerima keadaan, menjadi karyawan sekedarnya, yang penting punya pekerjaan, meskipun mereka hanya mendapatkan gaji yang kurang dari cukup.
Setiap tahun, kampus meluluskan alumni-alumni mereka yang jumlahnya bisa mencapai ratusan atau lebih, jika dikalikan dengan jumlah kampus yang ada di setiap negara, tentu bisa mencapai ribuan atau puluhan ribu. Sedangkan jumlah lowongan kerja tidak sebanyak jumlah lulusan itu, lalu dikemanakan pengangguran-pengangguran terdidik yang sebenarnya mampu, tapi tak mendapatkan tempat ini?
Siapapun orangnya, tentu saja dalam hati kecilnya pasti tidak ingin mendapat gelar ‘pengangguran’ meskipun faktanya dia benar-benar menganggur, dia sebenarnya selalu ingin melakukan sesuatu untuk dikerjakan, tapi sayang, apa yang dicita-citakan selama ia masih kuliah, tak semulus kenyataannya.
Maka, setiap orang seharusnya selalu menyiapkan diri untuk kemungkinan terburuk, ini bukan sikap pesimis, tapi realistis, karena terkadang rencana A bisa meleset, dia harus menyiapkan rencana B, atau ada juga yang akhirnya melompat ke rencana F atau lebih jauh lagi.
Menciptakan pekerjaan, bukan mencari pekerjaan.
            Tidak dapat dipungkiri, kompetisi dalam dunia kerja saat ini sangat ketat, urusan mencari pekerjaan tidaklah semudah membalikan telapak tangan, sering sekali sebuah perusahaan hanya membutuhkan sepuluh atau dua puluh orang karyawan, tapi pelamarnya mencapai ribuan orang dan kebanyakan dari mereka adalah pemuda yang masih mencari tempat setelah mereka baru keluar dari kenyamanan dunia kampus.
            Sebenarnya patut disayangkan, kesemangatan mereka yang menggebu-gebu kadang tak menemukan apa yang diinginkan. Oleh karena itu, mau tidak mau mereka harus mulai mengganti mindset mereka, dari mencari lowongan pekerjaan dengan menciptakan pekerjaan. Mungkin hal ini terdengar seperti lelucon, jika mencari saja sulit sekali, apalagi memulai atau menciptakan, itu mungkin yang dipikirkan sebagin orang, terutama kalangan muda. Terlebih lagi mereka selalu dihantui masalah klasik ketika berencana untuk membangun sebuah usaha, yaitu masalah modal.
            Sebenarnya, modal utama dari seorang pengusaha atau entrepreneur adalah keberanian, bukan uang. Karena tak sedikit mereka yang sebenarnya memiliki sejumlah uang untuk memulai usaha, tapi tak pernah memulai usahanya karena belum memiliki keberanian untuk mengambil resiko dan kesiapan untuk menghadapi kegagalan.
            Setiap orang selalu siap untuk meraih kesuksesan, karena itu adalah harapan yang ingin diwujudkan, tapi jarang sekali mereka siap untuk menghadapi kegagalan. Padahal bisa jadi kesuksesan itu tidak datang secara tiba-tiba, tapi merupakan akumulasi dari pelajaran-pelajaran yang didapatkan ketika ia gagal, inilah makna usaha itu, karena itu mereka layak disebut pengusaha atau entrepreneur.
Mindset Entrepreneurhip, diawali dengan Mimpi dan Imaginasi.
Pada dasarnya, entrepreneurship tidak selalu berhubungan dengan uang, bahkan banyak yang memilih menjadi intrepreneur karena idealismenya yang tinggi dan fokusnya pada cita-cita.  Mereka adalah orang-orang yang memahami apa yang mereka inginkan dan berjuang keras untuk mewujudkannya agar tak berhenti dalam angan-angan saja. Awalnya sebagian besar dari mereka adalah pemimpi dan pemilik imaginasi tingkat tinggi, namun mereka tidak berhenti pada impian dan angan-angan, mereka mencari celah, jalan dan kesempatan untuk merubah imaginasi mereka menjadi kenyataan.
Entrepreneurship adalah sebuah mindset atau pola pikir yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang. Seseorang yang memiliki jiwa entrepreneurship inilah yang disebut sebagai entrepreneur. Mereka selalu dianjurkan untuk memiliki pola pikir yang diluar kebiasaan orang pada umumnya. Entrepreneur akan lebih sering menggunakan otak kanan untuk menghasilkan kreativitas-kreativitas baru.
Seorang entrepreneur akan selalu memacu semangatnya setiap hari, selalu memotivasi diri, dan tersenyum dalam segala situasi. Mereka akan melihat segala sesuatu dari segi positif dan optimis, mengubah kata tidak bisa menjadi bisa, sulit menjadi mudah, mustahil menjadi mungkin. Mereka akan membuat tangga sendiri untuk naik, jika tak ada tangga, atau membuat terowongan jika menemukan jalan buntu. Entrepreneur akan melihat masalah sebagai suatu tantangan. Tidak ada kata gagal dalam kamus entrepreneur, yang ada hanyalah kesuksesan yang tertunda atau kesempatan untuk belajar dan memperbaiki kesalahan.
Mereka juga akan selalu berusaha untuk menjalin silaturahmi dengan semua orang, memperkaya ilmu dengan lebih banyak mengamati dan mendengarkan, serta peka terhadap peluang. Mereka memiliki visi dan misi jangka panjang, berpikir tentang masa depan orang banyak, kehidupan orang banyak, kesejahteraan masyarakat, dan bagaimana cara membantu mereka yang membutuhkan. Sehingga, entrepreneur tidak akan menyia-nyiakan waktunya untuk hal-hal yang tidak produktif, waktu adalah uang bagi mereka.
Keuntungan Menjadi Entrepreneur
            Entrepreneur memiliki pola hidup yang berbeda dengan pegawai dan karyawan, jika pegawai memiliki jam yang ditentukan oleh pemilik perusahaan atau atasan, entrepreneur bisa menentukan jam kerja mereka sendiri tanpa ikatan dengan pihak manapun. Selain itu, besarnya keuntungan yang didapatkan selalu sepadan dengan besarnya resiko yang ia ambil.
            Misalnya, seorang pedagang dengan skala kecil, jika ia mendapatkan keuntungan, tentu saja keuntungannya juga kecil, karena resiko kerugian juga tidak besar. Sebaliknya, mereka yang memiliki usaha dengan skala besar, resiko kerugian juga besar, tapi jika sudah untung, keuntungannya juga bisa berlipat-lipat. Jadi, besar tidaknya keuntungan seorang entrepreneur tergantung pada besar tidaknya  keberaniannya dalam mengambil resiko.
Seperti yang dikatakan Ipho Santosa, penulis buku-buku yang berhubungan dengan bisnis, ia mengatakan dalam  bukunya bahwa rizki dalam bahasa Arab itu mirip dengan risk dalam bahasa Inggris yang artinya resiko. Jadi rizki = risk, besarnya rizki atau keuntungan yang didapatkan pedagang sebesar resiko yang diambilnya.
Ada lagi keuntungan lain menjadi entrepreneur, yaitu kebebasannya mengapresiasikan diri dalam bidang usaha yang digelutinya, inilah yang menimbulkan kepuasan batin, mereka berhak membuat kreasi dan inovasi yang memang syarat mutlak seorang entrepreneur. Jadi, entrepreneur adalah pilihan hidup yang memberi kesempatan untuk menemukan jati diri seseorang.
Kapan Mulai Menjadi Entrepreneur?
"Mulailah berwirausaha justru di saat kita tidak punya apa-apa". Demikianlah nasehat Purdi E. Chandra pada setiap orang yang ingin menjadi entrepreneur, semua hanya tentang keberanian dan kejelian mengambil peluang. Jadi, alangkah baiknya jika mereka memulai usaha ketika mereka masih muda, karena masih memiliki semangat menggebu untuk mengejar impian dan cita-cita, perilaku mereka yang berani mengambil resiko adalah modal utama untuk membangun usaha.
Berbeda dengan generasi tua yang cenderung memiliki pemikiran yang matang sebelum melangkah, karena mereka mendapatkan informasi terlalu banyak yang mempengaruhi pemikiran mereka tentang dunia usaha, umumnya generasi tua sering berpikir dengan pola pikir: “Bagaimana nanti kalau bangkrut?”, tapi generasi muda lebih antusias dan mereka cenderung mengatakan: “Kenapa tidak kita coba saja? Jika salah kita coba lagi sampai benar.”
Memang, masalah modal dalam bentuk uang tak bisa diacuhkan, uang memang bukan segalanya, tapi tanpanya usaha pun tak akan berjalan. Jika memang tak ada modal uang sama sekali, pemuda yang berjiwa entrepreneur dapat mencontoh cara Wan Muhammad Hasyim, Dirut Toysmart, dia mengatakan bahwa seorang entrepreneur harus memiliki keberanian untuk berhutang, namun hutang di sini adalah hutang produktif yang digunakan untuk mengembangkan usaha. Jadi, memiliki hutang bukanlah musibah atau aib yang memalukan, hutang adalah mutlak diperlukan oleh entrepreneur.
            Akhirnya, untuk para pemuda, inilah era kebangkitan entrepreneur muda, bersegeralah mengambil resiko agar segera meraih rizki dan keuntungan yang diidam-idamkan. Sukses hanya untuk mereka yang berani! Jangan menunda, semakin lama niat ditunda, semakin jauh impian dari pelupuk mata. Stop Dreaming, Start Action, sekarang bukan waktunya bermimpi dan bercita-cita lagi, sekarang saatnya bergerak dan mencari peluang untuk mewujudkannya. Ganbatte! We can if we think we can...!

Tidak ada komentar: