ERA KEBANGKITAN ENTREPRENEUR MUDA
Oleh: Rizka Dwi Seftiani
Pendidikan di era tahun 70-an tidak seperti sekarang,
dulu pemuda dengan ijazah SMA sudah langka dan bisa digunakan untuk melamar
pekerjaan, tak perlu ijazah dengan titel-titel yang menjulang, lapangan
pekerjaan masih terbuka lebar.
Kini, pemuda yang tidak kuliah akan sulit mencari
lowongan kerja, karena setiap perusahaan atau lembaga, baik itu resmi milik
negara atau lembaga swasta, selalu menghendaki tenaga kerja yang sudah mengecap
bangku kuliah. Maka, mereka yang belum sempat mengenyam bangku kuliah hanya
bisa menerima keadaan, menjadi karyawan sekedarnya, yang penting punya
pekerjaan, meskipun mereka hanya mendapatkan gaji yang kurang dari cukup.
Setiap tahun, kampus meluluskan alumni-alumni mereka yang
jumlahnya bisa mencapai ratusan atau lebih, jika dikalikan dengan jumlah kampus
yang ada di setiap negara, tentu bisa mencapai ribuan atau puluhan ribu. Sedangkan
jumlah lowongan kerja tidak sebanyak jumlah lulusan itu, lalu dikemanakan
pengangguran-pengangguran terdidik yang sebenarnya mampu, tapi tak mendapatkan
tempat ini?
Siapapun orangnya, tentu saja dalam hati kecilnya pasti
tidak ingin mendapat gelar ‘pengangguran’ meskipun faktanya dia benar-benar
menganggur, dia sebenarnya selalu ingin melakukan sesuatu untuk dikerjakan,
tapi sayang, apa yang dicita-citakan selama ia masih kuliah, tak semulus
kenyataannya.
Maka, setiap orang seharusnya selalu menyiapkan diri
untuk kemungkinan terburuk, ini bukan sikap pesimis, tapi realistis, karena
terkadang rencana A bisa meleset, dia harus menyiapkan rencana B, atau ada juga
yang akhirnya melompat ke rencana F atau lebih jauh lagi.
Menciptakan pekerjaan, bukan mencari pekerjaan.
Tidak dapat dipungkiri, kompetisi
dalam dunia kerja saat ini sangat ketat, urusan mencari pekerjaan tidaklah
semudah membalikan telapak tangan, sering sekali sebuah perusahaan hanya
membutuhkan sepuluh atau dua puluh orang karyawan, tapi pelamarnya mencapai
ribuan orang dan kebanyakan dari mereka adalah pemuda yang masih mencari tempat
setelah mereka baru keluar dari kenyamanan dunia kampus.
Sebenarnya patut disayangkan,
kesemangatan mereka yang menggebu-gebu kadang tak menemukan apa yang diinginkan.
Oleh karena itu, mau tidak mau mereka harus mulai mengganti mindset mereka,
dari mencari lowongan pekerjaan dengan menciptakan pekerjaan. Mungkin hal ini
terdengar seperti lelucon, jika mencari saja sulit sekali, apalagi memulai atau
menciptakan, itu mungkin yang dipikirkan sebagin orang, terutama kalangan muda.
Terlebih lagi mereka selalu dihantui masalah klasik ketika berencana untuk
membangun sebuah usaha, yaitu masalah modal.
Sebenarnya, modal utama dari seorang
pengusaha atau entrepreneur adalah keberanian, bukan uang. Karena tak sedikit
mereka yang sebenarnya memiliki sejumlah uang untuk memulai usaha, tapi tak
pernah memulai usahanya karena belum memiliki keberanian untuk mengambil resiko
dan kesiapan untuk menghadapi kegagalan.
Setiap orang selalu siap untuk
meraih kesuksesan, karena itu adalah harapan yang ingin diwujudkan, tapi jarang
sekali mereka siap untuk menghadapi kegagalan. Padahal bisa jadi kesuksesan itu
tidak datang secara tiba-tiba, tapi merupakan akumulasi dari
pelajaran-pelajaran yang didapatkan ketika ia gagal, inilah makna usaha itu, karena
itu mereka layak disebut pengusaha atau entrepreneur.
Mindset Entrepreneurhip, diawali dengan Mimpi dan Imaginasi.
Pada dasarnya, entrepreneurship
tidak selalu berhubungan dengan uang, bahkan banyak yang memilih menjadi
intrepreneur karena idealismenya yang tinggi dan fokusnya pada cita-cita. Mereka adalah orang-orang yang memahami apa
yang mereka inginkan dan berjuang keras untuk mewujudkannya agar tak berhenti
dalam angan-angan saja. Awalnya sebagian besar dari mereka adalah pemimpi dan
pemilik imaginasi tingkat tinggi, namun mereka tidak berhenti pada impian dan
angan-angan, mereka mencari celah, jalan dan kesempatan untuk merubah imaginasi
mereka menjadi kenyataan.
Entrepreneurship adalah sebuah mindset atau
pola pikir yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang. Seseorang yang
memiliki jiwa entrepreneurship inilah yang disebut sebagai entrepreneur. Mereka
selalu dianjurkan untuk memiliki pola pikir yang diluar kebiasaan orang pada umumnya.
Entrepreneur akan lebih sering menggunakan otak kanan untuk menghasilkan
kreativitas-kreativitas baru.
Seorang entrepreneur akan selalu memacu
semangatnya setiap hari, selalu memotivasi diri, dan tersenyum dalam segala
situasi. Mereka akan melihat segala sesuatu dari segi positif dan optimis,
mengubah kata tidak bisa menjadi bisa, sulit menjadi mudah, mustahil menjadi
mungkin. Mereka akan membuat tangga sendiri untuk naik, jika tak ada tangga, atau
membuat terowongan jika menemukan jalan buntu. Entrepreneur akan melihat
masalah sebagai suatu tantangan. Tidak ada kata gagal dalam kamus entrepreneur,
yang ada hanyalah kesuksesan yang tertunda atau kesempatan untuk belajar dan
memperbaiki kesalahan.
Mereka juga akan selalu berusaha untuk menjalin
silaturahmi dengan semua orang, memperkaya ilmu dengan lebih banyak mengamati
dan mendengarkan, serta peka terhadap peluang. Mereka memiliki visi dan misi
jangka panjang, berpikir tentang masa depan orang banyak, kehidupan orang
banyak, kesejahteraan masyarakat, dan bagaimana cara membantu mereka yang
membutuhkan. Sehingga, entrepreneur tidak akan menyia-nyiakan waktunya untuk
hal-hal yang tidak produktif, waktu adalah uang bagi mereka.
Keuntungan Menjadi Entrepreneur
Entrepreneur memiliki pola hidup
yang berbeda dengan pegawai dan karyawan, jika pegawai memiliki jam yang
ditentukan oleh pemilik perusahaan atau atasan, entrepreneur bisa menentukan
jam kerja mereka sendiri tanpa ikatan dengan pihak manapun. Selain itu,
besarnya keuntungan yang didapatkan selalu sepadan dengan besarnya resiko yang
ia ambil.
Misalnya, seorang pedagang dengan
skala kecil, jika ia mendapatkan keuntungan, tentu saja keuntungannya juga
kecil, karena resiko kerugian juga tidak besar. Sebaliknya, mereka yang
memiliki usaha dengan skala besar, resiko kerugian juga besar, tapi jika sudah
untung, keuntungannya juga bisa berlipat-lipat. Jadi, besar tidaknya keuntungan
seorang entrepreneur tergantung pada besar tidaknya keberaniannya dalam mengambil resiko.
Seperti yang dikatakan Ipho Santosa, penulis buku-buku
yang berhubungan dengan bisnis, ia mengatakan dalam bukunya bahwa rizki dalam bahasa Arab
itu mirip dengan risk dalam bahasa Inggris yang artinya resiko. Jadi rizki
= risk, besarnya rizki atau keuntungan yang didapatkan pedagang sebesar resiko
yang diambilnya.
Ada lagi keuntungan lain menjadi entrepreneur, yaitu
kebebasannya mengapresiasikan diri dalam bidang usaha yang digelutinya, inilah
yang menimbulkan kepuasan batin, mereka berhak membuat kreasi dan inovasi yang
memang syarat mutlak seorang entrepreneur. Jadi, entrepreneur adalah pilihan
hidup yang memberi kesempatan untuk menemukan jati diri seseorang.
Kapan Mulai Menjadi Entrepreneur?
"Mulailah
berwirausaha justru di saat kita tidak punya apa-apa". Demikianlah nasehat
Purdi
E. Chandra pada
setiap orang yang ingin menjadi entrepreneur, semua hanya tentang keberanian
dan kejelian mengambil peluang. Jadi, alangkah baiknya jika mereka memulai
usaha ketika mereka masih muda, karena masih memiliki semangat menggebu untuk
mengejar impian dan cita-cita, perilaku mereka yang berani mengambil resiko
adalah modal utama untuk membangun usaha.
Berbeda
dengan generasi tua yang cenderung memiliki pemikiran yang matang sebelum
melangkah, karena mereka mendapatkan informasi terlalu banyak yang mempengaruhi
pemikiran mereka tentang dunia usaha, umumnya generasi tua sering berpikir
dengan pola pikir: “Bagaimana nanti kalau bangkrut?”, tapi generasi muda lebih
antusias dan mereka cenderung mengatakan: “Kenapa tidak kita coba saja? Jika
salah kita coba lagi sampai benar.”
Memang,
masalah modal dalam bentuk uang tak bisa diacuhkan, uang memang bukan
segalanya, tapi tanpanya usaha pun tak akan berjalan. Jika memang tak ada modal
uang sama sekali, pemuda yang berjiwa entrepreneur dapat mencontoh cara Wan
Muhammad Hasyim, Dirut Toysmart, dia mengatakan bahwa seorang entrepreneur harus
memiliki keberanian untuk berhutang, namun hutang di sini adalah hutang
produktif yang digunakan untuk mengembangkan usaha. Jadi, memiliki hutang bukanlah
musibah atau aib yang memalukan, hutang adalah mutlak diperlukan oleh
entrepreneur.
Akhirnya,
untuk para pemuda, inilah era kebangkitan entrepreneur muda, bersegeralah
mengambil resiko agar segera meraih rizki dan keuntungan yang diidam-idamkan. Sukses
hanya untuk mereka yang berani! Jangan menunda, semakin lama niat ditunda,
semakin jauh impian dari pelupuk mata. Stop Dreaming, Start Action,
sekarang bukan waktunya bermimpi dan bercita-cita lagi, sekarang saatnya
bergerak dan mencari peluang untuk mewujudkannya. Ganbatte! We can if
we think we can...!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar