Jumat, 21 September 2012

FILSAFAT SEJARAH IBNU KHALDUN




FILSAFAT SEJARAH
Menurut Ibnu Khaldun

Pendahuluan
A. Sejarah Kehidupan Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun, sosok yang merupakan filosof besar yang mendalami filsafat sejarah lahir di Tunis pada tahun 732 H dan wafat di Mesir pada tahun 808 H , namanya dikenal oleh orang-orang Timur dan Barat. Dia merupakan salah satu pembesar di abad kedelapan. Nama asli dari Ibnu Khaldun adalah Abu Zaid Abdurrahman bin Muhammad bin Muhammad bin Ibnu Khaldun Waliyuddin Tunisyi. Sebelumnya, keluarganya tidak tinggal di Tunis, namun di Isbelia, kemudian kakek buyutnya mulai pindah ke Tunis pada abad ke-7 H.
Kakek buyut Ibnu Khaldun kkembali lagi pada keturunan mereka di Bani Watsil dari kabilah Yaman dan membahntah hijrahnya kakek buyut mereka dari Yaman ke Andalus sampai abad ke-3 H.
            Ibnu Khaldun tumbuh di Tunis dan belajar tentang ilmu pengetahuan di zamannya, kemudian meninggalkan Tunis untuk menghindari wabah dan melakukan perjalanan ke Hawarar  dan tinggal di rumah temannya, Ibnu ‘Abdun. Sedangkan Ibnu ‘Abdun sendiri sangat menghargai Ibnu Khaldun, bahkan ia sempat  menolong Ibnu  Khaldun saat ia melakukan perjalanan ke Maghrib dan ia berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain, padahal ia mesih belum tua, sebagaimana Ibnu Battutah.[1]
            Ibnu Khaldun dikenal sebagai sosos yang spesial oleh para ulama dan pemikir-pemikir Islam, terlebih lagi bukunya Mukaddimah Ibnu Khaldun. Sedangkan bukunya tentang sejarah, seperti umur, tempat mubtada’ dan khobar, tentang Arab, non-Arab dan Barbar, dan buku Ibnu Khaldun sendiri dibagi menjadi 3 buku yang dijilid menjadi tujuh jilidan. Kitab pertama, Dalam Pembangunan
Apa yang ditulisnya dalan buku jilidan pertama meliputi perkembangan pemerintahan,  kehidupan, pabrik-pabrik, dan ilmu pengetahuan. Tidak hanya itu, ia juga menyertakan sebab-sebab dan penjelasan mengenai hal-hal yang telah disebutkan di atas.
Buku pertama inilah yang disebut sebagai Mukaddimah, kitab yang sungguh terkenal. Kitab ini terdiri dari 401 halaman yang ditulis oleh Ibnu Khaldun sendiri. Selain itu, di dalam buku ini terdapat pembahasan yang modern, yang pada masa sekarang disebut dengan Ilmu Sosiologi, Ilmu Politik, Ilmu Ekonomi, Ilmu Sosial, Filsafat Sejarah, Ilmu-Ilmu Umum, dan tidak diragukan lagi bahwa Hegel yang berasal dari Jerman, Mechafilli dari Italia, dan Gibun dari Inggris, Mereka adalah muris dari Ibnu Khaldun.[2]













B. Pembahasan

Filsafat Sejarah Menurut Ibnu Khaldun
                 Sesungguhnya, ilmu sejarah adalah ilmu yang mulia, yang memiliki banyak manfaat, ilmu yang mahal dan berharga. Ilmu sejarah mengaja kita untuk melihat bagaimana keadaan di masa lampau dari umat-umat  terdahulu, juga akhlak-akhlak mereka. Ilmu sejarah juga membuat kita tahu tentang keadaan para nabi dan perjalanan hidup mereka, termasuk raja-raja dan siasat-siasat mereka.[3]  
                     Ibnu Khaldun menyatakan bahwasannya sejarah adalah sejarah kemanusiaan, atau sejarah alam, masalah seputar perubahan di dalam masyarakat dan budayanya.
                     Gambaran politik dan kemasyarakatan sangat membutuhkan peraturan sosial kemasyarakatan. Maka dari itu, filsafat sejarah Ibnu Khaldun tidak terpaku kecuali pada kehidupan agama dan dunia atas dasar satu dengan yang lainnya bagaikan dua sisi mata uang.

1.       Kesholehan dan Kesuksesan                
                  Dari sisi ini, diketahuilah bahwa kesholehan dan kesuksesan merupakan dua hal yang berbeda untuk sejarah modern.           Demikian halnya yang dikatakan oleh Ibnu Khaldun, sebagai berikut:
“Saya tidak bermaksud demikian, Imam Mahdi dari Daulat Muwahhidin, dia adalah seorang yang sangat tabah dan sabar menghadapi kesulitan dan himpitan dunia, tidak ada kenikmatan sama sekali dalam dunianya. Jika bukan karena Allah SWT, ia tak mungkin menyengsarakan dirinya sendiri di dunia. Jika bukan karena kesholehannya, ia tidak akan bisa menjadi seperti ini.



2.       Al-Mabrur Al-Khalduni
Banyak dari pembaca pemikiran Ibnu Khaldun yang ingin mengetahui cara berpikirnya. Untuk hubungan  antara perjalanan sejarah yang sesuai dengan undang-undangnya. Lebih khusus lagi adalah urusan sebab-musababnya dan pelajaran evaluasi yang sangat menentukan sebuah perubahan dan peraturan dalam hal sastra.

3.      Ihraj Ibnu Khaldun
                  Sebagaimana ihraj yang diletakkan oleh Ibnu Khaldun tidak mungkin hanya dalam bidang agama, dengan dasar  yang berdiri di atasnya sebuah pembangunan. Sebenarnya, semua berawal dari sebuah sejarah, yang mana oleh Ibnu Khaldun sendiri diambil dari sejarah Islam. Dan kejadian-kejadian ini sebagai saksi untuk menjadi penjelasan nantinya atau sebagai bukti yang kuat di masa yang akan datang.

4.       Tashih
                  Adakah tashih untuk pemikiran Ibnu Khaldun ini? Sedangkan Tashih itu sendiri adalah sendiri adalah suatu masa dimana tunduknya sejarah kepada undang-undang sebab-musabab dan tunduknya sejarah pada pencari akhlak dalam sastra. Permasalahan ini sendiri sudah mendapatkan tempat, yaitu pembahasan mengenai pemahaman pada sejarah kita dan sejarah itu sendiri, maka para pemikir dalam bidang sejarah lebih banyak menyoroti permasalahan ini.[4]
                  Selanjutnya, permasalahan ini mulai meluas, bahkan sampai menajngkau dalam hal metafisika.
                  Maka dari itu, kita harus memegang perkataan Ibnu Khaldun ini, yang membicarakan tentang kealamian pembangunan dan apa yang ditampilan di dalamnya. Ibnu Khaldun berkata dalam bukunya:
                  “Dan kita telah menyelesaikan pembahasan mengenai pembangunan ini, dan kita cukupkan sampai di sini. kami berharap semoga ada diantara manusia yang lahir setelah habisnya masa kami, orang-orang yang yang dikaruniai Allah dengan pikiran yang benar, yang memiliki ilmu lebih banyak dari apa yang telah kami tulis di sini, juga mengenai hal-hal yang berkenaan dengan ilmu untuk menyelesaikan permasalahan sesuai dengan apa yang telah kami tulis. Semoga ada yang memperluas pembahasannya, juga orang-orang pada masa yang akan datang, sehingga semakin berkembangkan ilmu-ilmu it, sehingga mencapai batas kesempurnaan. Dan Allah Maha Mengetahui dan kamu tidak mengetanui.”
                  Ibnu Khaldun juga menambahkan, “Saya sudah menyelesaikan bab pertama yang meliputi mukaddimah atau pendahuluan dengan percobaan untuk meletakkan dasar sebelum adanya pengecekkan ulang selama lima bulan terakhir. Kemudian kalianlah yang melanjutkan dan meneruskan usaha ini yang dengannya akan lengakplah sejarah umat manusia. Sebagaimana yang telah kusampaikan di awal pembahasan. Tidak ada ilmu satupun tanpa izin Allah SWT.[5]

C. Kesimpulan
          Ibnu Khaldun sangat terkenal sebagaimana ulama sejarah pada zamannya. Betapa banyaknya pemikirannya dan luasnya pengetahuannya mengenai sejarah.
            Tujuan utama dari penulisan Sejarah Ibnu Khaldun adalah untuk menunjukan bahwa kita bisa mengaca pada generasi di masa lampau dalam, menyelesaikan persoalan. Selain itu, kita juga bisa mengambil hikmah untuk memperkuat pondasi masa depan, misalnya dengan membuat perbandingan antara masa lalu dan masa kini.
            Cara Ibnu Khaldun dalam menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan sejarah berbeda dengan ahli sejarah yang lain. Dia tidak hanya memaparkan masalah sebagaimana yang dilakukan ulama lainnya. Namun ia juga membuat cara baru, yaitu dengan meyertakan sebab-musababnya dan perkembangannya sesuai dengan filsafat sosiologi.
            Sebagaimana yang dinyatakan oleh Ibnu Khaldun bahwa sejarah adalah satu dari pengkhususan pelajaran yang memiliki aspek yang cukup luas dari generasi ke generasi. Maka, tidak salah jika sejarah dihubungkan dengan filsafat, kemudian dijadikan satu dari cabang filsafat.
            Sejarah adalah satu dari banyaknya cara menyelesaikan masalah, karena sejarah tidak akan pernah terulang kembali. Jikapun terulang, pasti berbeda pelaku sejarahnya.
            Maka, bagi seorang ahli sejarah, haruslah mampu untuk mengambil ilham dari adanya filsafat, serta mengambil pelajaran dari pembahasan sejarahnya.

D. Kritik
          Ibnu Khaldun adalah satu dari ahli ilmu klasik Islam, banyak peendapat tentang dirinya di zaman ini. Terlebih lagi mengenai kita Mukaddimahnya. Pengkritik Ibnu Khaldun terbagi menjadi dua kubu.
            Jamaah pertama adalah Filsafat Sejarah berasal dari pembesar Islam atau Arab, sedangkan yang lain mengatakan bahwa Ibnu Khaldunlah yang banyak berkecimpung mengenai sejarah ini, jamaah kedua ini menganggapnya sebagai peletak dasar filsafat sejarah.
            Karena itulah, sudah menajadi kewajiban umat Islam untuk menjaga kemuliaan sejarah, karena sejarah sendiri menjadi satu hal yang cukup besar untuk generasi yang akan datang setelah kita. Mengenai pengetahuan yang tidak akan pernah mereka ketahui kecuali setelah mereka membaca buku sejarah tentang umat di masa lampau, kemudian menjadi pelajaran bagi mereka.
            Ibnu Khaldun sendiri memiliki sebuah cita-cita mulia, untuk ahli sejarah yang datang setelahnya, yang memungkinkan kita untuk mengampil pelajaran untuk pondasi masa depan. Dialah yang akan menjadi tongkat estafet antara masa lalu dan masa depan.




DAFTAR PUSTAKA

  • Muhammad Abdurrahman Ibnu Khaldun, Mukaddimah Ibnu Khaldun, Darul Fikr Lithaba’ah wa Nasr, 732-808, 1332-1406

·         Dr. Mulhan Qurban, Khalduuniyyat: Nadhrah Al-Ma’rifah fii al-Mukaddimah Ibnu Khaldun, Dirasah MAnhajiyah Naqidah fii al-Iijtima’ wa as-siasi

·         Muhammad Tufi Jam’yhi, Tarikh Al-Falsafah Al-Islam fil Masyriq wal Maghrib, Mathba’ah Al-Ma’luf wal Maktabatiha, 1345-1927



                [1] Muhammad Adurrahman Ibnu Khaldun, Mukaddimah Ibnu Khaldun, Darul Fikr Lithaba’ah wa Nasr, 732-808, 1332-1406
                [2] Ibid

                [3] Ibid
                [4] Dr. Mulhan Qurban, Khalduuniyyat: Nadhrah Al-Ma’rifah fii al-Mukaddimah Ibnu Khaldun, Dirasah MAnhajiyah Naqidah fii al-Iijtima’ wa as-siasi

                [5] Muhammad Tufi Jam’yhi, Tarikh Al-Falsafah Al-Islam fil Masyriq wal Maghrib, Mathba’ah Al-Ma’luf wal Maktabatiha, 1345-1927

Tidak ada komentar: