PERAN MOTIVASI
DALAM MENUNJANG PROFESIONALISME GURU
Rizka
Dwi Seftiani [1]
Mahasiswi
Pendidikan Bahasa Arab
Abstrak
Dalam kehidupan
ini terjadi berbagai
interaksi antara satu
individu dengan individu
yang lain, salah satunya adalah interaksi edukatif, yaitu
interaksi
yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran.
Interaksi edukatif lebih spesifik pada
bidang
pengajaran yang dikenal dengan interaksi belajar-mengajar. Dalam interaksi
antara pengajar dengan siswa terjadi proses pengembangan motivasi untuk
membina, membimbing dan memberikan motivasi ke arah yang dicita-citakan, maka
hubungan guru dan siswa harus bersifat edukatif.
Guru juga harus
dapat mengembangkan motivasi dalam setiap kegiatan interaksi dengan siswanya, karena ini menjadi salah satu syarat untuk menunjang
profesionalisme guru itu sendiri. Guru perlu menyadari
dirinya sebagai pemikul tanggung jawab untuk membawa siswa ke tingkat
keberhasilannya. Makalah ini
membahas sejauh mana peran motivasi guru dalam upaya meningkatan
profesionalisme guru.
Kata kunci: Profesionalisme Guru, Motivasi, Anak didik, Ruh.
Pendahuluan
Guru merupakan tema yang sudah sangat sering dibahas,
pahlawan tanpa tanda jasa adalah julukan yang sering disematkan pada sosoknya,
sayangnya penghargaan ini belum sebanding dengan besarnya jasa yang telah
diberikan. Guru adalah sosok yang rela mencurahkan sebagian besar waktunya
untuk mengajar dan mendidik siswa, sementara penghargaan dari sisi material,
misalnya, sangat jauh dari harapan.
Inilah ironi yang ada di tengah-tengah kehidupan guru
saat ini, banyak dari guru walaupun tidak semuanya yang mengeluhkan tentang
gaji, sehingga mereka kehilangan kesemangatan dalam mengajar, biasanya ini
terjadi pada guru yang berorientasi kerja atau mengajar untuk mencari penghidupan,
maka ketika motivasi mereka –uang- tidak ada, maka ruh mengajar mereka pun ikut
surut. Makalah ini tidak hendak memojokan posisi guru, karena adalah suatu
kewajaran dan manusiawi jika guru ingin hidup lebih layak, karena mereka juga punya
keluarga yang perlu dihidupi.
Masalahnya, jika guru sendiri sudah kehilangan
motivasinya untuk mengajar, bagaimana mereka bisa memotivasi anak didik mereka.
Masalah lain adalah kurangnya minat guru untuk menambah wawasannya untuk
meningkatkan kemampuan dan profesionalismenya. Inilah akar masalah yang harus
segera diselesaikan. Sebagaimana jamak telah diketahui bahwa motivasi guru
sangat berpengaruh pada hasil belajar mengajar. Selain itu, dunia ini juga
sedang membutuhkan guru-guru yang profesional, yaitu guru yang benar-benar
mencintai profesinya, mencintai anak didik mereka seperti mereka mencintai anak
kandung mereka sendiri, ia juga memotivasi anak didiknya dengan sepenuh hati, sehingga
proses belajar mengajar akan terasa nyaman.
Pengertian motivasi
Motif adalah pendorong
atau dalam arti lain sesuatu yang menunjukan suatu dorongan yang timbul dari
dalam diri seseorang agar ia tergerak untuk mau bertindak melakukan sesuatu.
Sedangkan motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah
laku seseorang yang menyebabkan orang tersebut mau bertindak melakukan sesuatu
agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai
hasil atau tujuan tertentu.
Tujuan motivasi adalah
untuk menggerakan atau menggugah agar timbul keinginan dna kemauannya untuk
melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan
tertentu. Bagi seorang guru, tujuan motivasi adalah untuk memacu muridnya agar
timbul keinginan untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan
pendidikan sesuai dengan yang diharapkan oleh sekolah sendiri.[2]
Motivasi dibedakan atas
dua golongan, yaitu: a) Motivasi Asli, motivasi asli adalah motivasi untuk
berbuat sesuatu atau dorongan untuk melakukan sesuatu yang muncul secara
kodrati pada diri manusia. b) Motivasi Buatan, motivasi buatan adalah motivasi
yang masuk pada diri seseorang baik usaha yang disengaja maupun secara
kebetulan. Motivasi eksternal adalah setiap pengaruh dengan maksud menimbulkan,
menyalurkan atau memelihara perilaku manusia. Motivasi dari luar adalah
pembangkit, penguat, dan penggerak seseorang yang diarahkan untuk mencapai
tujuan. Dari beberapa pendapat di atas maka, jelas motivasi merupakan faktor
yang berarti dalam mendorong seseorang untuk menggerakkan segala potensi yang
ada, menciptakan keinginan yang tinggi serta meningkatkan semangat sehingga
tujuan yang diinginkan dapat tercapai.
Motivasi
dalam Pendidikan
Dalam
ilmu psikologi, istilah motivasi mengacu pada kekuatan-kekuatan yang ada dan
bekerja pada diri organism atau individu yang menjadi penggerak tingkah laku
individu tersebut.
“Jika
saya bisa menumbuhkan rasa ingin tahu seumur hidup dalam diri murid-murid, saya
yakin mereka akan memiliki kesempatan yang lebih baik untuk meraih kesuksesan,
kebahagiaan, dan hubungan yang kuat dengan orang lain dalam kehidupan mereka.” [3]
Pendidikan
adalah usaha memanusiakan manusia. Dalam perkembangan manusia, dari keadaan
masih dalam kandungan, kemudian lahir ke dunia, dan akhirnya menjadi dewasa
sebenarnya mengajarkan tentang betapa proses senantiasa mengiringi kehidupan
manusia. Sama halnya dengan kegiatan belajar-mengajar atau pendidikan yang
notabene berusaha memanusiakan manusia. Pendidikan harus menjadikan proses
sebagai bagian terpentingnya, bukan hasil. Apabila hasil dijadikan tolak ukur,
yang terjadi adalah anak didik justru dibimbing untuk berpikir jangka pendek dan regresif. Akibatnya, mereka tidak
terbiasa berpikir untuk mengalami kekalahan sementara. Meskipun dalam kamus
tidak akan pernah ada kekalahan atau kegagalan, sebaliknya adalah kesuksesan
yang tertunda atau kegagalan itu merupakan sumbu pemantik semangat baru.[4]
Seorang
pendidik diharuskan untuk selalu memompa semangat para peserta didik untuk
belajar dengan tekun, menghadapi kesusahan dengan senyum dan keterbatasan
dengan semangat berubah. Motivasi semacam ini akan membuat semangat mereka
kembali menyala terang. Memberikan motivasi dalam dunia kependidikan mutlak
diperlukan. Pasalnya, dengan motivasi tersebut, anak didik akan merasa dihargai
dan dipercaya. Sebagaimana prinsip utama dalam tabiat manusia adalah kebutuhan
untuk dihargai. Jika anak didik sudah merasa dihargai dan dipercaya, maka
proses transformasi nilai akan berjalan dengan optimal. Para anak didik ini
akan semakin giat untuk berkarya, untuk berproses.[5]
Jadi,
ketika orang tua atau pendidik berusaha memahami kondisi atau kekuatan-kekuatan
yang menjadi penggerak dan pengarah tingkah laku seorang anak, berarti mereka
sedang mempelajari motivasi. Dan ketika mereka berusaha menemukan cara-cara
yang efek dan efisien untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas tingkah laku
seorang anak, berarti juga sedang mempelajari motivasi.Seorang pendidik yang
baik adalah yang selalu memotivasi anak didiknya untuk terus belajar dan
berkarya. Pada setiap kesempatan, pendidik seperti itu akan mengajak setiap
anak didiknya untuk mengembangkan kreativitas dan keahliannya. Apa yang
dilakukan ini membawa implikasi yang sangat besar dalam perkembangan pola pikir
dan pola sikap peserta didik.
Motivasi
yang diberikan seorang guru, apalagi karena sang guru telah berhasil memerankan
diri sebagai orang tua kedua bagi anak didik, akan sangat berkesan. Karena,
guru harus dapat menempatkan diri sebagai orang tua kedua.[6]
Dengan motivasi tersebut, anak didik akan memiliki semangat baru dalam
menyikapi semua hal yang bergelayut dalam kehidupan ini, tentunya termasuk
pelajaran yang diajarkan di sekolah.
Sejatinya,
semua orang akan senang ketika diberi motivasi positif. Dengan motivasi
tersebut tersebut, ia akan semakin bersemangat untuk berkreasi dan menajamkan
kreatifitasnya.Kelakuan seorang anak didik yang mungkin jauh dari nilai-nilai
pendidikan sebenarnya jika dirunut secara seksama dan mendetail, akan bisa
didapatkan banyak penyebab yang mendasarinya. Pada titik ini, sikap yang ditampilkan
guru akan memberikan peran langsung bagi perkembangan mentalitas,
intelektualitas, emosionalitas, dan juga spiritualitas anak didik. Setelah
mengetahui penyebab masalah yang menghimpit anak-anak didiknya, seorang guru
akan berusaha memberikan masukan dan motivasi dengan harapan agar masalah yang
ada bisa segera diatasi.
Ketika
menjumpai anak didiknya gelisah, seorang guru datang dengan kasih sayang orang
tua, kemudian memberikan kata-kata penuh hikmah. Seseorang, siapapun itu, pada
dasarnya, apabila mendapatkan perhatian akan mendapatkan ketenangan dan
kenyamanan. Jika sudah demikian halnya, apalagi dalam dunia pendidikan, maka
apa yang disampaikan oleh guru akan diperhatikan dan dipraktekan oleh para
siswa.
Ada
beberapa prinsip yang dapat dipraktekan untuk memotivasi belajar anak didik,
diantaranya adalah sebagai berikut:[7]
- Kebermaknaan.
Siswa akan termotivasi untuk belajar
jika kegiatan dan materi belajatr dirasa bermakna bagi dirinya. Keberadaan
lazimnya terkait dengan bakat, minat, pengetahuan, dan tata nilai siswa.
- Pengetahuan dan keterampilan Prasyarat.
Siswa akan dapat belajat dengan baik
jika dia telah menguasai semua prasyarat baik berupa pengetahuan, keterampilan,
dan sikap. Oleh karena itu, siswa akan menggunakan pengetahuan awalnya untuk
menafsirkan informasi dan pengalamannya. Penafsiran itu akan membangun
pemahaman yang dipengaruhi oleh pengetahuan awal itu. Dengan demikian, guru
perlu memahami pengetahuan awal siswa untuk dikaitkan dengan bahan yang akan
dipelajarinya. Sehingga membuat belajar menjadi lebih mudah dan bermakna.
- Model
Siswa akan menguasai keterampilan baru
dengan baik jika guru memberikan contoh dan model untuk dilihat dan ditiru.
- Komunikasi Terbuka.
Siswa akan termotivasi untuk belajar
jika penyampaian dilakukan secara terstuktur sesuai dengan tingkat perkembangan
kognitif siswa sehingga pesan pembelajaran dapat dievaluasi dengan tepat.
- Keaslian dan Tugas yang Menantang.
Siswa akan termotivasi untuk belajar
jika mereka disediakan materi, kegiatan baru atau gagasan murni/asli (novelty)
dan berbeda. Kebaruan atau keaslian gagasan akan menambah konsentrasi siswa
pada pembelajaran. Hal ini berpengaruh pada pencapaian hasil belajar.
Konsentrasi juga dapat bertambah bila siswa menghadapi tugas yang menantang dan
sedikit melebihi kemampuan. Sebaliknya bila tugas terlalu jauh dari kemampuan,
akan terjadi kecemasan, dan bila tugas kurang dari kemampuan akan terjadi
kebosanan.
- Latihan yang tepat dan aktif.
Siswa akan dapat menguasai materi
pembelajaran dengan efektif jika KBM memberikan kegiatan latihan yang sesuai
dengan kemamapuan siswa dan siswa dapat berperan aktif untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan.
- Penilaian Tugas.
Siswa akan memperoleh pencapaian belajar
yang efektif jika tugas dibagi dalam rentang waktu yang tidak terlalu panjang
dengan frekuensi pengulangan yang tinggi.
- Kondisi dan Konsekuensi yang Menyenangkan.
Siswa akan belajar dan terus belajar
jika kondisi pembelajaran dibuat menyenangkan, nyaman dan jauh dari perilaku
yang menyakitkan perasaan siswa. Belajar melibatkan perasaan. Suasana belajar
yang menyenangkan sangat diperlukan karena otak tidak akan bekerja optimal bila
perasaan dalam keadaan tertekan. Perasaan senang biasanya akan muncul bila
belajar diwujudkan dalam bentuk permainan khususnya pendidikan usia dini. Selanjutnya
bermain dapat dikembangkan menjadi eksperimentas yang lebih tinggi.
- Keragaman Pendekatan.
Siswa akan belajar jika mereka diberi
kesempatan untuk memilih dan menggunakan berbagai pendekatan dan stategi
belajar. Pengalaman belajar tidak hanya berorientasi pada buku teks tetapi juga
dapat dikemas dalam berbagai kegiatan praktis seperti proyek, simulasi, drama
dan atau penelitian/pengujia
- Mengembangkan Beragam Kemampuan.
Siswa akan belajar secara optimal jika
pelajaran disajikan dapat mengembangkan berbagai kemampuan seperti kemampuan
logis matematis, bahasa, musik, kinestetik, dan kemampuan inter maupun intra
personal. Tiap siswa memiliki lebih dari satu kecerdasan yang meliputi
kecerdasan : musik, gerak badan (kinestetik), logika-matematika, bahasa, ruang,
intra pribadi, dan antar pribadi. Sekolah perlu menyediakan berbagai pengalaman
belajar yang memungkinkan kecerdasan itu berkembang; sehingga anak dengan
berbagai kecerdasan yang berbeda dapat terlayani secara optimal.
- Melibatkan.
Sebanyak Mungkin Indera. Siswa akan
menguasai hasil belajar dengan optimal jika dalam belajar siswa dimungkinkan
menggunakan sebanyak mungkin indera untuk berinteraksi dengan isi pembelajaran.
Motivasi
dan Profesionalisme Guru
Di negara mana pun itu, entah itu
negara maju ataupun negara berkembang, pasti semua menginginkan sosok guru yang
profesional. Namun untuk mencapai tingkat profesional sendiri harus melewati
beberapa tingkatan, sedangkat tingkatan itu dapat diukur dengn melihat kondisi
sang guru sendiri sebagai pribagi yang mandiri untuk melakukan transformasi
diri, identitas diri dan pemahaman diri. Maka, yang perlu dilakukan oleh pihak
di luar guru adalah memberikan kepercayaan penuh pada guru untuk meningkatkan
kemampuan dalam melaksanakan tugas sebagai guru agar ia bisa mengajar dengan
baik. Kepada mereka juga perlu diberikan dorongan dan suasana yang kondusif
untuk menemukan berbagai alternatif metode dan cara mengembangkan proses
pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan guru dan perkembangan zaman.[8]
Di bawah ini akan dikemukankan
beberapa kriteria yang harus dimiliki guru profesional yang berkaitan dengan
motivasi, diantaranya adalah sebagai berikut:[9]
- Memiliki visi dan misi pendidikan
Guru yang bisa memotivasi adalah guru
yang memiliki visi dan misi, karena keduanya akan mendukung proses
belajar-mengajar. Visi dan misi yang bagus bisa mengarahkan anak yang terkesan
bandel atau nakal, padahal ia sebenarnya merupakan anak yang pintar, cerdas dan
kreatif.
Visi seorang guru yang bagus akan
membuatnya memberikan penghargaan yang besar yang besar terhadap anak didik.
Guru dengan karakter demikian bisa menangkap semua potensi anak, meski kadang
kebijakan yang ditempuh terkesan tidak biasa.
Misi seorang guru bahwa mendidik adalah
usaha untuk memanusiakan manusia dan memaksimalkan segenap potensi yang
dimiliki anak akan membuatkan bisa memaklumi setiap proses yang sedang dijalani
anak. Guru jenis ini akan memompa semangat anak untuk mengembangkan bakat
potensinya.
Dengan demikian, visi dan misi guru
sangat menentukan pendidikan para siswa.
Misi dan visi yang tegas merupakan tanggung jawab. Tanggung jawab ini memerikan
tenaga yang tidak akan pernah habis.
Guru adalah sumber belajar yang paling
baik jika dibandingkan dengan sumber belajar lainnya, seperti buku, televisi,
internet, dan surat kabar. Argumentasi rillnya adalah guru mempunyai ikatan
emosional secara langsung dengan siswanya dalam bentuk kontak batiniah,
sedangkan sumber belajar lainnya hanya sekedar motivasi lahiriah semata. Namun
demikian kita tak boleh menafikan pentingnya sumber belajar tersebut, selain
guru.
- Seimbang dalam hal Reward dan punishement.
Guru dapat memberi reward dan punishement
pada siswa secara langsung, guru dapat menegur siswa yang salah, guru bisa
membimbing perilaku yang menyimpang dalam kelas, dan guru mampu menjadi contoh
yang berupa lingkungan berjalan. Karena itu, guru yang aktif, sering bertatap
muka dengan anak didiknya, sering tidak absen dan punya pengaruh yang abadi
pada siswanya.[10]
Penghargaan merupakan metode
mengedepankan kegembiraan dan cara berpikir positif , yaitu memberikan hadiah
pada anak didik, baik yang berprestasi akademik maupun yang berprilaku baik.
Penghargaan hadiah dianggap sebagai media pengajaran yang preventif dan representatif untuk membuat senang dan
menjadi motivator belajar anak didik.maksudnya pemberian hadiah harus
didahulukan dari pada hukuma, karena pemberian hadiah lebih baik pengaruhnya
dalam usaha perbaikan pengajaran. Metode ini juga bisa menjadi motivasi anak
untuk belajar lebih giat lagi. Kekurangan metode ini adalah dapat menimbulkan
dampak negative manakala guru berlebihan dalam melakukannya, sehingga
mengakibatkan siswa besar kepala, sombong, dan merasa lebih baik dan lebih
tinggi dai teman-teman yang lainnya.
Sedangkan metode hukuman adalah metode
yang berlawanan dengan metode penghargaan. Hukuman memang perlu (sewaktu-waktu)
diterapkan pada anak didik agar ia tidak mudah melakukan tindakan negatif.
Metode ini sebagai preventif bagi siswa yang tidak baik. Ini perlu untuk anak
didik yang telah melakukan penyimpangan yang tidak bisa ditolelir lagi. Metode
ini adalah jalan terakhir dengan prinsip tidak menyakiti secara fisik,
melainkan hukuman yang bersifat akademik dan edukatif dengan tujuan menyadarkan
siswa dari kesalahan yang diulang-ulang.
Kelebihan dari metode ini adalah untuk
menyadarkan siswa dari kesalahan, sehingga tidak mengulangi kesalahannya.
Kekurangan dari metode ini adalah jika hukuman yang diberikan tidka bersifat
akademik, maka akan membangkitkan emosional anak didik, suasana menjadi rusuh,
tidak kondusif, anak takut, kurang percaya diri, pemalas dan yang paling tragis
lagi adalah mengurangi keberanian siswa untuk mengeluarkan pendapat dan
berbuat.[11]
- Memberikan perhatian sesuai kebutuhan.
Pemberian perhatian yang cukup terhadap
siswa dengan segala potensi yang dimilikinya merupakan bentuk motivasi yang
sederhana, karena banyak yang tidak memiliki motivasi belajar diakibatkan tidak
dirasakannya adanya perhatian. Sebagaimana yang dijelaskan Dimyati dan Mudjiono
(2002:42) prinsip-prinsip yang berkaitan dengan perhatian dan motivasi
pembelajaran yaitu perhatian merupakan peranan penting dalam kegiatan belajar.
Dari kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya
perhatian tidak mungkin adanya pembelajaran.
Perhatian akan timbul pada siswa apabila
bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya, apabila bahan pelajaran dirasakan
sebagai suatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau
diperlukan sehari-hari akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Apabila
perhatian alami ini tidak ada, maka siswa perlu dibangkitkan perhatiannya.
- Mengupayakan partisipasi anak didik.
Pada diri
manusia ada sesuatu perasaan yang dihargai apabila dia dilibatkan pada sesuatu
kegiatan yang dianggap berharga. Oleh karena itu guru, harus selalu mengajak
dan mengulurkan tangan bagi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran guna lebih bergairah dalam belajar dan memperkaya proses interaksi
antar potensi siswa dalam proses pembelajaran. Selain hal-hal diatas, untuk
membangkitkan motivasi yang efektif adalah melalui prnsip-prinsip motivasi
dalam belajar. Setiap siswa memiliki rasa ingin tahu, oleh karena itu guru
memberikan penguatan bahwa siswa pasti bisa.[12]
Jika keempat hal ini sudah terlaksana dengan baik
oleh seorang guru, maka ia telah dianggap mampu untuk memotivasi anak didiknya,
bahkan ia juga sudah cukup layak untuk
disebut sebagai guru yang berkompeten dan profesional.
Menjadi profesional
Pengembangan
profesionalisme guru meliputi peningkatan kompetensi, peningkatan kerja dan
kesejahteraan. Guru sebagai profesinal dituntut untuk senantiasa meningkatkan
kemampuan, wawasan dan kreativitasnya. Masyarakat telah mempercayakan sebagian
tugasny kepada guru. Tugas guru yang diemban dari limpahan tugas masyarakat
tersebut antara lain adalah mentransfer kebudayaan dalam arti luas,
keterampilan menjalani kehidupan dan nilai-nilai. Selain itu, guru secara
mendalam harus terlibat dalam kegiatan menjelaskan, mendefinisikan,
membuktikan, dan mengklarifikasi. Tugasnya sebagai pendidik bukan hanya
mentransfer pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi juga mempersiapkan
generasi yang lebih baik di masa depan.[13]
Oleh karena itu, guru
harus memiliki kompetensi dalam membimbing siswa, agar mereka dapat mengharapi
kehidupan yang sebenarnya dan mampu memberikan teladan yang baik. Guru juga
harus siap diuji secara berkala untuk menjamin kinerjanya agar tetap memenuhi
syarat profesinal yang terus berkembang. Beberapa kemampuan itu diantaranya,
kemampuan dalam merencanakan dan merumuskan tujuan, mengelola kegiatan
individu, menggunakan multi metode dan memanfaatkan media, berkomunikasi
interaktif dengan baik, memotivasi dan memberikan respons, dan hal-hal lain.[14]
Tidak kalah pentingnya
dari kompetensi adalah adanya ruh atau spirit dari dalam diri guru itu sendiri,
ketika guru memiliki spirit, ia akan melakukan segalanya dengan penuh
kesemangatan, tanpa adanya beban, dalam hal ini sangat berhubungan dengan keikhlasan
hati dan tingkat spiritual guru itu sendiri.
Kesimpulan
Setelah
membahas tentang peran motivasi dalam menunjang profesionalisme guru, akhirnya penulis
menemukan bahwa motivasi memiliki peran yang sangat signifikan dalam menunjang
profesinalisme guru. Maka, hal terpenting yang perlu dilakukan guru adalah
memotivasi dirinya terlebih dahulu, karena orang yang tidak termotivasi tidak
akan bisa memotivasi orang lain. Dalam bibir ia bisa saja melontarkan kata-kata
yang penuh semangat, tapi jika tidak diikuti dengan hati yang semangat pula,
kata-katanya tidak akan mampu memotivasi anak didik.
Maka,
dapat disimpulkan dari makalah ini adalah guru professional adalah guru yang
mampu menjadi inspirator dan motivator bagi anak didiknya.
Sejatinya,
setiap orang bisa memotivasi orang lain, tapi masing-masing memiliki caranya
sendiri, jadi makalah ini hanyalah mengambil contoh secara umum, pada akhirnya
semua kembali pada kreatifitas guru masing-masing. Harapan penulis, semoga
tulisan singkat ini dapat memberi inspirasi pada para guru untuk memotivasi
anak didiknya, sehingga mereka bisa mengajar dengan ruh dan jiwa keikhlasan. Usiikum Binafsi.
Daftar
Pustaka
Asmani, Jamal Ma’mur. 2009. 7 Kompetensi Guru
Menyenangkan dan Profesional. Yogyakarta: Power Books (IHDINA).
Djamarah,
Drs. Syaiful Bahri, M. Ag, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT. Rianka Cipta.
Fakhruddin,
Asef Umar.
2010. Menjadi
Guru Favorit.
Yogyakarta:
Diva Press.
Hall, Gene E, dkk. 2008. Mengajar dengan Senang
–Menciptakan Perbedaan dalam
Pembelajaran Siswa. Jakarta:
PT. Indeks.
Kouzes, James, Posner, Barry. 2008. The Leadership
Learning –Panduan Menjadi Motivator
Hebat Bagi Siapa Saja. Yogyakarta: BACA.
Naim Ngainun, 2009. Menjadi Guru Inspiratif:
Memberdayakan dan Mengubah Jalan Hidup Siswa.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Majid, Abdul. 2009. Perencanaan Pembelajaran
–Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru. Bandung:
Rosd.
Mustaqim, 2008. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Purwanto, 2010. Instrumen Penelitian Sosial dan
Pendidikan–Pengembangan dan
Pemanfaatan-. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Purwanto,
Ngalim. 2006. Psikologi Pendidikan,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sagala, Syaiful. 2009. Kemampuan Profesional Guru
dan Tenaga Kependidikan. Bandung: ALFABETA
Sukadi. 2008. Progressive Learning –Learning
by Spirit-. Bandung:
MQS Publishing.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan
–Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: ALABETA.
Thoifuri. 2007. Menjadi
Guru Inisiator. Semarang: RaSAIL Media Group.
Zarkasyi, Abdullah Syukri. 2005. Manajemen Pesantren–Pengalaman
Pondok Modern Gontor-. Ponorogo:
TRIMURTI PRESS.
www.jaringskripsi.com//2009/09/24/bentuk-motivasi-guru
[1] Penulis
adalah mahasiswi semester 8, tinggal di
kampus Mantingan Gontor Putri 1, saat ini ia sedang menyelesaikan skripsinya
yang membahas tentang metode baru dalam pengajaran Bahasa Arab dengan Metode
Mustaqilli: Karya Agus Shohib Khoiroini.
[2] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), p. 74
[4] Asef Umar Fakhruddin, Menjadi Guru Favorit, (Yogyakarta: Diva Press, 2010) p. 83
[5] Ini adalah perkataan William James, bapak psikologi Amerika Serikat
[6] Drs. Syaiful Bahri Djamarah, M. Ag, Guru dan Anak Didik dalam
Interaksi Edukatif, (Jakarta:
PT. Rianka Cipta), p. 6
[7] www.jaringskripsi.com//2009/09/24/bentuk-motivasi-guru
[8] Sagala, Syaiful, Kemampuan Profesional Guru dan
Tenaga Kependidikan. (Bandung:
ALFABETA, 2009), p. 24
[9] Op. Cit, p. 85
[11]
Ibid, p. 25
[12] Ibid, p. 26
[13]Jamal Ma’mur Asmani, 7 Kompetensi Guru Menyenangkan
dan Profesional. (Yogyakarta: Power Books
-IHDINA-, 2009), p. 191
Tidak ada komentar:
Posting Komentar