Selasa, 18 September 2012

RAMUAN UNTUK PARA GURU



RAMUAN OBAT BAGI JIWA GURU

Rizka Dwi Seftiani, S.Pd.I
(Pernah disebarkan di Kamisan Gontor Putri)

            Guru merupakan profesi yang sangat mulia, ia memiliki posisi yang sangat strategis dalam hal belajar-mengajar. Seorang guru memiliki keuntungan ganda, ia bisa menambahkan ilmu yang dimilikinya dengan memberikan ilmu itu, karena ilmu yang mengalir seperti air tidak akan pernah mampet (jw) dan keruh. Selain itu, ia juga bisa mengingat kembali pelajaran lalu yang mungkin sudah dilupakannya, guru juga mendapatkan  pahala jika ilmu yang diberikannya membawa manfaat. Maka, siapapun ia, biarpun dia seorang guru atau bukan guru, ketika dia senang membagikan pengetahuan yang dimilikinya, ia akan menjadi orang-orang yang sangat beruntung.
            Melihat peran guru yang sedemikian rupa, tidak salah jika guru selalu dituntut untuk tampil sempurna di depan anak-didiknya, tanpa menolak pepatah: tak ada seorang pun yang sempurna di dunia ini. Kekurangan memang selalu ada dan itu sangat manusiawi. Tapi, sebagai manusia, tidaklah pantas jika ia terjebak dalam kesalahan yang berulang-ulang. Seyogyanya, manusia selalu mencoba untuk memberbaiki dirinya, menutupi kekurangan dan aibnya.
            Setiap orang harus menyukai profesinya, hal itu mutlak diperlukan, karena seseorang akan terkena stress jika dia bekerja di tempat yang tidak disukainya, lebih parah lagi, ia akan merasa tertekan dan berujung pada suasana yang tidak betah. Demikian pula dengan guru, guru seharusnya menyukai kegiatan belajar-mengajar, ia harus menjadikan kelasnya serasa surga, agar ia rindu untuk bertemu anak-didiknya.        Sayangnya, ada sebuah fenomena unik namun miris di tengah-tengah pendidikan kita, di mana guru mengajar tanpa ruh dan hanya bergerak seperti robot yang mengikuti arah kurikulum menuju, ia mengajar tanpa menyertakan hatinya dan hanya menganggap anak didiknya sebagai obyek yang hanya diberi.
            Melihat kejadian ini, perlu sekali bagi setiap pengamat pendidikan untuk memikirkan solusi agar tidak ada lagi guru-guru yang tertekan oleh suasana kelas dan tidak menganggap kelas itu sendiri sebagai neraka. Adapun indikasi dari guru yang tertekan adalah sebagai berikut: Guru itu merasa tidak suka dengan pelajaran yang diajarnya dan merasa bosan terhadap suasana kelas, juga anak-anak, keinginannya untuk ikut serta dalam kegiatan sekolah menurun, ditambah lagi ia tidak optimal dalam mempersiapkan materi pelajaran yang akan diajarkan, maupun di saat menyampaikan materi pelajaran, sehingga ia kurang dihargai.
            Selain beberapa indikasi di atas, tanda lain yang derajat stadiumnya lebih parah adalah guru yang selalu terlambat datang ke kelas, tidak mengoreksi tugas-tugas rumah para murid, suka mencela anak didik dan menuduh mereka malas serta tidak paham, padahal bisa jadi kesalahan terletak pada gurunya. Sehingga pada akhirnya, guru itu sering mengeluh atas tata tertib sekolah dan pendidikan secara umum, keluhan yang tidak mendatangkan solusi sama sekali. Sebaliknya, keluhannya semakin membuatnya terlihat nelangsa dan minta dikasihani.
            Selanjutnya, guru itu akan merasa usahanya dalam hal pengajaran dan pendidikan hanyalah pekerjaan yang sia-sia, tidak dibutuhkan lagi, kurang dihormati, tidak mencapai tujuan yang diinginkan. Ia jadi semakin sering menyalahkan keadaan dan merasa ada dan tidaknya dia sama saja.
            Di sini, penulis mencoba membagikan beberapa obat ramuan untuk para guru yang mungkin belum tahu bahwa dirinya sakit dan perlu segera diobati. Beberapa ramuan yang ditawarkan adalah dengan meningkatkan ruh maknawi para guru, ini adalah satu hal yang paling urgensi dalam hal pendidikan, hendaknya setiap guru selalu ingat, jika ikhlas mengajar akan mendapat pahala yang setimpal. Sebaliknya, jika ia mengajar asal-asalan, maka yang dia dapatkan hanya rasa lelah. Seharusnya, guru diingatkan pada kaedah dasar dalam mengajar, yaitu kesabaran. Guru harus sering mencari dukungan dari rekannya karena ini merupakan kebutuhan psikologisnya. Ia harus banyak berlatih untuk meningkatkan ketrampilan, jika ketrampilan mengajarnya berkembang, ia akan semakin dihargai. Para guru juga harus ingat bahwa tugas inilah sumber pendapatannya. Karena itu, harus didapatkan dengan cara halal. Mengajar juga merupakan interaksi dengan Allah, orientasi ibadah, bukannya interaksi dengan manusia saja.
            Dikarenakan penulis sendiri kini juga tengah mengajar di salah satu pesantren di Jawa Timur, Gontor Putri 1. Beberapa dari obat yang telah disebutkan di atas sudah pernah dipraktekkannya. Alhamdulillah, cukup ampuh dan mujarab, tidak percaya? Silahkan coba dan buktikan sendiri.

Tidak ada komentar: